Minggu, 16 Desember 2012

apa itu capex ??

Capex

Senin, 17 Desember 2012 07:06 wib
Logo BEI. (Foto: Okezone)
Logo BEI. (Foto: Okezone)
Seringkali kita baca berita bahwa perusahaan atau emiten A mengalokasikan belanja modal atau capex (capital expenditure) sekian ratus miliar. Begitu juga emiten B menyiapkan capex sekian triliun untuk mempertahankan kinerjanya pada tahun depan.

Ada juga berita yang menulis capex perusahaan X naik sekian persen dibandingkan capex tahun lalu. Pertanyaannya, apa itu capex? Apa pentingnya bagi emiten dan apakah investor perlu memperhatikan nilai capex yang dialokasikan oleh emiten seperti halnya investor memperhatikan pencapaian penjualan dan laba bersih emiten?

Cukup banyak definisi yang disuguhkan para ahli tentang capex. Ada yang bilang capex adalah sejumlah pengeluaran dana yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai kebutuhan seperti property, plant, equipment, dan sejenisnya.

Ada juga yang menyebut capex merupakan belanja perusahaan atau pengalokasian dana untuk diinvestasikan dalam berbagai aset perusahaan. Definisi lain mengatakan capex merupakan pengeluaran yang dapat memberi keuntungan di masa depan dan karenanya diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan bukan sebagai biaya.

Definisi yang cukup lugas menyebutkan capex adalah alokasi budget untuk melakukan pembelian, perbaikan, penggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai aset perusahaan. Jika pengertian di atas disimak, intinya sama saja antara definisi yang satu dengan yang lain bahwa capex itu berkaitan dengan alokasi anggaran (budget), penambahan dan atau perbaikan aset, terutama aset yang bersifat produktif.

Setiap perusahaan, apalagi perusahaan besar yang establish selalu mengalokasikan capex dalam anggarannya. Dari pemahaman sederhana ini bisa dibayangkan betapa pentingnya capex bagi pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Bagi perusahaan besar yang selalu mencatat pertumbuhan kinerja tinggi hampir tidak mungkin tidak mengalokasikan capex dalam anggarannya.

Perusahaan yang tidak mengalokasikan capex, apapun faktor penyebabnya, bisa dipastikan lambat laun kinerjanya akan merosot. Gambarannya begini. Misalnya PT XYZ, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi. Agar kinerja keuangannya stabil bahkan bisa tumbuh maka perusahaan harus menjaga kualitas asetnya berupa mobil.

Ia dituntut selalu melakukan proses peremajaan armada dari tahun ke tahun, ia juga dituntut memiliki fasilitas bengkel yang memadai agar armadanya selalu tampil prima dan siap memberikan pelayanan sebaik mungkin ke masyarakat. Karena itu, perusahaan seperti ini selalu dituntut untuk mengalokasikan capex. Ia tidak mungkin menihilkan capex dalam anggaran tahunannya.

Jika perusahaan tidak menganggarkan capex maka berarti tidak akan ada peremajaan armada, perbaikan armada yang rusak dan juga perawatan armada. Jika kondisinya seperti ini maka hampir bisa dipastikan kinerja perusahaan akan merosot dari tahun ke tahun.

Dari ilustrasi ini bisa dipastikan bahwa mengalokasikan capex adalah menjadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan untuk mempertahankan kinerja keuangannya. Jadi jangan heran jika laba yang dihasilkan perusahaan atau emiten tidak dihabiskan untuk dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham.

Laba perusahaan diakumulasi menjadi laba ditahan yang sewaktu-waktu dipergunakan untuk kebutuhan capex. Kebijakan pembagian dividen selalu mempertimbangkan likuiditas atau kas perusahaan untuk kebutuhan capex.

Begitu pentingnya capex, tidak jarang manajemen perusahaan mencari sumber dari luar perusahaan. Capex tidak selalu bersumber dari dana internal perusahaan, tetapi bisa juga bersumber dari dana pihak ketiga misalnya pinjaman bank, penerbitan surat utang, sekuritisasi aset dan sebagainya.  Tidak masalah bahwa ada biaya yang harus dibayar (cost of fund) untuk mengalokasikan capex. Asal saja tujuan capex itu jelas, fokus dan benar-benar untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Karena itu, jika ada emiten yang memutuskan tidak membagi dividen demi mengalokasikan capex, sebaiknya investor tidak kecewa karena alokasi capex itu akan meningkatkan performa perusahaan sehingga pada masa mendatang bisa mencetak laba lebih tinggi dan harga sahamnya di bursa bisa naik lebih tinggi. (Tim BEI) (//ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar